Bandar Lampung, 21 Juli 2025-Unit Pelayanan Konseling Terpadu (UPKT) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP UNILA) menyelenggarakan workshop bertema “Membangun Kesehatan Mental Melalui Pembelajaran Berbasis Real Life System” pada hari Senin, 21 Juli 2025 bertempat di Gedung B FKIP UNILA, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng, Bandar Lampung.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Bapak Dr. M. Nurwahidin, M.Ag., M.Si., yang dalam sambutannya menyampaikan:
“Berbasis Real Life System adalah pembelajaran yang konkret dan dapat diterapkan di kehidupan nyata, tidak abstrak dan membumi. Kita harus mendorong mahasiswa untuk belajar dari pengalaman hidup agar mereka siap menghadapi realitas dunia kerja dan kehidupan.”
Kegiatan dilanjutkan dengan pengarahan dari Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., yang menekankan pentingnya keseimbangan antara akademik dan kesehatan mental dalam proses pendidikan tinggi.
Workshop ini juga diawali dengan sepatah dua patah kata dari Ketua UPKT FKIP UNILA, Ibu Shinta Mayasari, M.Psi., Psi., yang menyatakan:
“Workshop ini merupakan bentuk ikhtiar kami dalam mendekatkan layanan konseling kepada mahasiswa. Melalui pendekatan real life system, kami ingin mengajak mahasiswa menyadari pentingnya memahami diri, mengelola emosi, dan menjadikan pengalaman hidup sebagai ruang belajar yang utuh dan bermakna.”
Hadir sebagai narasumber utama yaitu Ibu Dr. Euis Nurhidayati, S.Pd., M.Psi.T., Dosen Magister Psikologi Universitas Paramadina, yang menyampaikan materi tentang pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan mahasiswa. Beliau menjelaskan bahwa:
“Kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial individu. Ini mencakup kemampuan untuk mengelola stres, menjalin hubungan yang sehat, beradaptasi dengan perubahan, serta memahami dan mengatasi emosi.”
Materi yang disampaikan mencakup jenis-jenis gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, penyalahgunaan zat, gangguan makan, PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), gangguan kepribadian, krisis psikologis, hingga gangguan kesehatan mental pada lansia.
Para peserta juga dikenalkan pada konsep pembelajaran berbasis kehidupan nyata (Real Life System) yang meliputi refleksi, dialog, modelling, stimulasi, goal (tujuan), dan action (aksi). Pendekatan ini dipercaya mampu mendukung kesehatan mental mahasiswa dengan:
1. Menurunkan beban psikologis karena pembelajaran terasa relevan.
2. Menumbuhkan self-worth karena siswa merasa dihargai.
3. Mengembangkan coping skill melalui latihan menyelesaikan masalah nyata.
4. Menciptakan makna dalam setiap proses yang terhubung dengan tujuan hidup.
Mahasiswa kemudian diajak mengisi skala DASS-21 (Depression Anxiety Stress Scale) untuk merefleksi tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang mereka alami, serta dilatih membuat Peta Perjalanan Hidup yang terdiri dari momen bahagia, momen menyakitkan, dan momen bermakna. Peserta diajak menjawab pertanyaan reflektif seperti: “Apa makna momen itu?” dan “Apa yang kamu pelajari dari hidupmu sendiri?”
Selama kegiatan, seluruh peserta mengikuti kegiatan demi kegiatan dengan penuh semangat, aktif dalam diskusi dan latihan merespon, serta menunjukkan antusiasme tinggi terhadap tema yang dibahas. Kegiatan ditutup dengan menyanyikan lagu “Senyumlah” oleh Andmesh sebagai bentuk simbolik untuk terus menjaga senyum dan semangat dalam menghadapi kehidupan nyata.